4 Jenis Instalasi Hidroponik Yang Sering Digunakan Pemula
Anda mungkin sudah paham bagaimana tumbuhan bisa tumbuh subur secara hidroponik. Dan anda penasaran lalu ingin mencobanya, tapi yang sering bikin kita bingung itu instalasinya seperti apa ?
Kalau kita cari di google, ternyata ada banyak jenis instalasi hidropinik. Makin bingung lah kita.
Nah pada seri pertanian ini, saya akan memberikan beberapa jenis instalasi hidroponik yang sering digunakan oleh pemula beserta karakteristik dan kelebihannya masing-masing.
1. Sistem kratky
Yang pertama dan yang paling mudah adalah sistem kratky. Instalasi ini bisa dibilang sangat cocok untuk anda yang baru pertama sekali memulai hidroponik.
Sistem kratky, bekerja hanya dengan merendam ujung bawah netpot pada genangan air nutrisi didalam tandon.
Sehingga, akar selalu terkena nutrisi sehingga tanaman bisa berkembang.
Cara membuatnya pun sederhana, anda bisa menggunakan kaleng bekas cat. Cukup lubangi tutupnya seukuran netpot, dan isi kaleng dengan air nutrisi sampai ujung bawah netpot tergenang.
Tapi sistem ini memiliki banyak kekurangan, antara lain ;
Kurang suplai oksigen, karena tidak ada aliran sehingga minim oksigen pada zona perakaran.
Suhu nutrisi bisa tinggi disiang hari, ini disebabkan karena air nutrisi hanya tergenang pada kaleng ukuran kecil (tidak sampai 5 liter) sehingga saat terkena matahari mudah sekali panas.
Dari dua kelemahan diatas, bisa menyebabkan akar coklat hingga tanaman yang layu. Namun bisa diatasi dengan menambahkan peredam panas di sekitar kaleng dan sering mengganti air nutrisi.
2. Hidroponik sistem wick
Sistem wick atau sistem sumbu adalah instalasi yang memanfaatkan kain flanel sebagai sumbu untuk menaikan nutrisi hidroponik dari tandon nutrisi ke rockwool.
Nah, instalasi ini sangat mencolok dengan kehadiran kain flanel yang menjuntai dibawah netpot seperti ini.
Sebenarnya, secara desain instalasi ini sama persis dengan sistem kratky. Tapi, yang membedakan hanya sumbunya ini. Kehadiran sumbu ini membuat netpot sama sekali tidak tergenang air nutrisi. Sehingga masih ada akar yang tidak tenggelam.
Nah ini membuat suplai okesigen pada zona akar lebih baik daripada sistem kratky.
Tapi karena rockwool selalu basah maka nutrisi tanaman pun selalu terjamin.
3. Hidroponik NFT
NFT adalah kependekan dari nutrient film technique, atau sebuah sistem untuk mengalirkan sedikit nutrisi pada zona perakaran.
Meskipun hanya sedikit nutrisi yang dialirkan, tapi pertumbuhnnya bisa maksimal. Itu disebabkan karena akar memperoleh nutrisi dan suplai oksigen yang lebih bebas.
Umumnya NFT menggunakan gully datar seperti talang air. Aliran nutrisi akan melapisi bagian datar talang tanpa membuat genangan. Itulah sebabnya dinamakan nutrient film karena nutrisi yang dialirkan tipis seperti klise.
Desain seperti ini memungkinkan akar memperoleh supai nutrisi dan oksigen secara bersamaan. Sehingga pertumbuhannya bisa maksimal.
Selain itu, NFT juga tidak memerlukan netpot karena rockwool bisa langsung diletakan pada dasar gully.
Tapi sistem ini punya tingkat kesulitan tinggi, salah satunya harus 24 jam listrik ON. Itu karena sistem ini tidak memiliki genangan, sehingga suplai nutrisi harus dipenuhi dengan aliran yang diperoleh dari pompa. Oleh sebab itu, sebisa mungkin kita harus antisipasi ketika terjadi pemadaman listrik.
Selain itu, banyak yang salah kaprah tentang NFT. Memang NFT bisa memberikan hasil yang maksimal tapi dengan sedikit aliran nutrisi pada gully, nutrisi tersebut bisa mudah sekali panas ketika suhu gully juga panas.
Ketika nutrisi panas, maka tanaman mudah layu dan penyerapan unsur hara justru tidak maksimal.
Jadi tetap sia-sia kalau kita pakai NFT tapi tidak memperhatikan hal lain seperti atap UV atau peredam panasnya.
4. Hidroponik DFT
Terakhir adalah sistem DFT, sistem ini mirip dengan sistem kratky tapi ada alirannya. Ujung bawah netpot direndam pada nutrisi didalam gully. Kemudian nutrisi disirkulasikan agar suhu dan oksigennya terjaga.
Gully yang digunakan umumnya berbentuk tabung seperti pipa PVC, bagian atas pipa dilubangi seukuran netpot. Lalu nutrisi didalam pipa diisi sampai merendam ujung bawah netpot.
Berbeda dengan NFT, sistem DFT masih bertahan meski listrik dipadamkan. Hal itu karena DFT memiliki genangan nutrisi sehingga lebih aman apabila listrik mati.
Selain itu, DFT lebih tahan panas. Karena volume air didalam gully lebih banyak sehingga lebih sulit untuk panas dibandingkan NFT. Namun, DFT harus memperhatikan suplai oksigennya. Karena masalah yang sering terjadi adalah kekurangan oksigen sehingga akar mudah busuk.
Oleh sebab itu, pada DFT selain pompa juga harus dilengkapi aerator.
Dari keempat instalasi diatas, saya merekomendasikan DFT untuk yang baru mulai dan ingin menekuni hidroponik.
Selain 4 macam diatas, ada satu lagi instalasi yang banyak dipakai tapi lebih banyak dipakai pada skala industri. Itu adalah rakit apung.
Rakit apung, menggunakan steyrofoam yang dilubangi untuk memasukan netpot dan diapungkan pada kolam nutrisi. Sistem ini, lebih efektif untuk skala besar karena pembuatan instalasi lebih mudah dan murah.
Selain itu, karena menggunakan kolam nutrisi dengan volume besar maka kita tidak perlu takut kalau suhu nutrisinya naik. Tapi konsekuensinya, kita harus keluar modal banyak untuk membeli nutrisi untuk mengisi kolam nutrisinya.
Untuk perawatannya, rakit apung cukup mengontrol ketinggian nutrisi dan menambahkannya apabila kurang. selain itu, sistem ini bisa juga jalan tanpa aliran tapi aerator tetap wajib ada.
Itulah sekilas tentang jenis instalasi hidroponik yang banyak digunakan. Semoga bermanfaat.