8 Komponen Sistem Pengapian Elektronik Pada Mobil

Sistem pengapian elektronik adalah sebuah rangkaian pengapian mesin yang menggunakan transistor untuk memutuskan arus ignition coil. Kelebihan Penggunaan transistor selaku komponen elektronika ini, akan membuat efisiensi tegangan listrik lebih terjaga.

Karena dalam sistem pengapian transistor tidak ada lagi percikan api yang sebelumnya timbul pada celah platina. Selain itu, skema pengapian ini juga tidak perlu dilakukan penyetelan celah. Karena waktu pemutusan arus coil sudah diset secara otomatis oleh transistor.

Namun, pengapian elektronik ini masih memerlukan komponen distributor sebagai pembagi arus dari coil. Untuk sistem pengapian yang tidak memiliki distributor, dikenal dengan DLI atau distributor less ignition.

Selain itu kekuranangan pada sistem pengapian transistor ini adalah terletak pada rangkaiannya. Terutama pada tipe full transistor, karena kalau sudah menyentuh komponen elektronika pasti perlu pemahanan lebih tinggi.

Komponen Pengapian Transistor


Sebelumnya, kita harus mengetahui bahwa sistem pengapian transistor sendiri memiliki dua tipe yakni tipe semi-transistor dan full transistor. Keduanya memiliki kesamaan rangkaian namun ada sedikit perbedaan.

Pengapian semi transistor masih menggunakan kontak point atau platina, namun fungsinya tidak diberatkan pada pemutusan arus primer coil melainkan hanya memutuskan arus basis pada kaki transistor. Sementara untuk memutuskan arus primer coil menjadi tugas transistor.

Komponen pada sistem pengapian semi transistor terdiri dari ;

  1. Baterai
  2. Kunci kontak
  3. Ignition coil
  4. Transistor
  5. Kontak point
  6. Distributor
  7. Kabel busi
  8. Busi

Untuk jenis pengapian full transistor, sudah tidak ada lagi kontak pemutus. Sebagai gantinya, ditempatkan sebuah pick up coil didekat rotor magnet yang akan menghasilkan arus AC ketika rotor berputar. Arus ini dipakai untuk memutuskan dan menyambungkan arus dari basis.

Komponen pada sistem pengapian full transistor terdiri dari ;

  1. Baterai
  2. Kunci kontak
  3. Ignition coil
  4. Transistor unit
  5. Pulse igniter (rotor + pick up coil)
  6. Distributor
  7. Kabel busi
  8. Busi

1. Baterai

Pada mobil, baterai lebih dikenal dengan sebutan aki. Fungsinya sebagai penyedia arus listrik untuk semua sistem kelistrikan mobil, termasuk sistem pengapian. Meski demikian, baterai sebenarnya tidak  bisa menghasilkan listrik. Baterai hanya bertugas untuk menampung arus listrik yang dihasilkan oleh sistem pengisian.

2. kunci kontak

Semua rangkaian kelistrikan pasti memerlukan saklar untuk mengaktifkan dan menonaktifkan sistem. Pada sistem pengapian, kunci kontak berperan sebagai saklar bagi sistem pengapian.

Ketika kunci kontak diputar pada posisi ON, maka arus dari baterai akan langsung masuk ke coil dan masuk ke skema pengapian mesin. Namun ketika kunci kontak OFF, arus listrik dari baterai akan tertahan akibatnya meski mesin diengkol tetap tidak mau hidup.

3. Ignition coil


Fungsi ignition coil adalah untuk menaikan tegangan baterai dari 12 Volt ke 20 KV secara cepat dan singkat. Ignition coil menggunakan metode induksi elektromagnet, prinsip kerjanya seperti trafo step up.

Dimana ada dua buah kumparan, kumparan sekunder dibuat dengan lilitan jauh lebih besar agar tegangan yang naik nantinya bisa semakin besar. Untuk membuat proses induksi ini berjalan secara singkat namun hasilnya besar, coil menggunakan cara pemutusan arus.

Sebelumnya, ignition coil didesain agar kumparan sekunder terletak dibagian dalam kumparan primer. Sehingga ketika kumparan primer dialiri arus listrik, maka akan timbul garis gaya magney pada kumparan primer dan semua permukaan kumparan sekunder akan sepenuhnya mendapatkan induksi karena lokasinya berada didalam kumparan primer (seperti core).

Ketika arus primer diputus, maka garis gaya magnet pada coil akan bergerak ke bagian dalam. Hasilnya pergerakan yang berlangsung cepat ini akan mendorong induksi tegangan listrik secara cepat dan besar.

4. Transistor unit

Disinilah letak perbedaan antara sistem pengapian konvensional dan elektronik. Pada pengapian konvensional, menggunakan kontak point atau platina untuk memutuskan arus primer coil.

Pada pengapian elektronik pun demikian, namun pemutusan arus dilakukan oleh komponen transistor. Bagi anda yang belum familiar, transistor adalah komponen semi konduktor yang bisa berperan sebagai konduktor tapi bisa juga berfungsi sebagai isolator.

Ada tiga kaki pada transistor, yakni Basis, Emitor, dan Kolektor. Apabila kaki basis diberikan arus listrik, maka transistor menjadi konduktor atau dengan kata lain kaki emitor dan kolektor terhubung. Namun kalau arus listrik pada basis dihentikan maka transistor berubah menjadi isolator atau emitor dan kolektor terputus.

5. Pulse igniter

Kalau anda paham tentang sistem pengapian motor, maka ini tidak menjadi kendala bagi anda untuk memahaminya. Khusus pada pengapian elektronik full transistor, pulse igniter diletakan didalam distributor.

Ada dua komponen pada pulse igniter ini, yakni rotor yang menempel pada poros distributor juga memiliki permanen magnet, dan pick up coil atau kumparan yang diletakan didekat rotor magnet.

Apabila rotor berputar, maka garis gaya magnet yang ada pada rotor akan memotong kumparan pick up coil sehingga muncul pergerakan elektron. Namun bukan itu yang dibutuhkan, pada rotor kita akan menmui tonjolan.


Tonjolan ini berfungsi untuk mengubah celah udara antara rotor dan pick up coil. Hasilnya ketika rotor berputar, maka tonjolan tersebut akan memberikan efek perpotongan lebigh besar. Sehingga kalau dilukiskan dalam sebuah diagram akan terlihat efek gelombang.

Gelombang ini yang nantinya akan mempengaruhi kekuatan arus di kaki basis pada transistor.


Selengkapnya baca ; Cara kerja sistem pengapian elektronik

6. Distributor

Selain pada pengapian konvensional, ternyata pengapian elektronik juga masih memiliki komponen distributor. Ini karena pengapian elektronik hanya memiliki perbedaan pada mekanisme pemutusan arus primer coil. Selebihnya sama dengan pengapian konvensional.

Fungsi distributor adalah sebagai pembagi tegangan keluaran dari kumparan sekunder koil. Listrik yang dibagikan pada distributor sudah melewati proses induksi, sehingga tegangannya sudah mencapai 20 KV.

7. Kabel busi

Kabel busi berfungsi untuk mengalirkan arus listrik bertegangan tinggi yang sebelumnya sudah melewati proses induksi pada ignition coil. Kabel busi ini memiliki bentuk yang cukup khas, dengan diameter yang hampir 1 cm.

Diameter besar ini bukanlah tanpa sebab, meski arus listrik yang dihasilkan itu searah (DC) namun dengan tegangan mencapai 20 KV sanggup membuat kita kesetrum.

8. Busi

Busi atau spark plug merupakan komponen yang berfungsi untuk mengubah arus listrik bertegangan tinggi menjadi percikan api. Cara kerjanya dengan memanfaatkan celah antara konduktor yang satu bermuatan positif dan satunya negatif.

Sifat listrik itu selalu menuju ke masa atau ground terdekat. Dalam hal ini, masa  terdekat ada pada ujung busi dengan jarak sekitar 0,8 mm. Karena tegangan listrik mencapai 20 KV maka arus tersebut akan cukup kuat untuk melompati celah yang disiapkan. Wujud loncatan listrik ini akan berbentuk seperti percikan api yang juga memiliki sifat membakar seperti api.

Demikian artikel lengkap dan jelas mengenai nama komponen sistem pengapian elektronik pada mobil serta kelebihan dan kerugian pengapian TCI-IC. Semoga bisa menambah wawasan kita.

Popular posts from this blog

Fungsi Relay 4 kaki & 5 kaki (Plus Gambar Rangkaiannya)

Lampu Indikator Mesin Vixion Menyala/Berkedip, Apa Penyebabnya ?

Rangkaian dan Cara Kerja Sistem Klakson Dengan Relay