11 Komponen Sistem Pengapian CDI Motor + Fungsinya
Sistem pengapian adalah rangkaian elektrikal mesin, yang
digunakan untuk menghidupkan api pada busi agar pembakaran mesin bisa terjadi.
Ini menggunakan prinsip korsleting, yakni dengan mendekatkan sumber arus positif dengan masa/negatif (tidak menempel melainkan ada celah). Apabila tegangan arus positif cukup besar, maka arus tersebut bisa meloncati celah tersebut. Bentuk loncatan listri itulah yang berwujud percikan api.
Ini menggunakan prinsip korsleting, yakni dengan mendekatkan sumber arus positif dengan masa/negatif (tidak menempel melainkan ada celah). Apabila tegangan arus positif cukup besar, maka arus tersebut bisa meloncati celah tersebut. Bentuk loncatan listri itulah yang berwujud percikan api.
Salah satu jenis dan berbagai macam sistem pengapian, adalah
sistem pengapian CDI. Anda yang punya motor, bisa dengan jelas melihatnya
karena sistem CDI ini banyak digunakan pada sepeda motor.
Pengapian CDI sendiri, dibagi menjadi dua macam. Yakni ;
- CDI AC. Sistem pengapian CDI AC menggunakan arus langsung yang dihasilkan dari spul atau pembangkit listrik pada motor yang masih memiliki arus AC.
- CDI DC. Sementara sistem CDI DC menggunakan arus yang sudah disearahkan oleh kiprok.
Meski berbeda, namun dua sistem ini memiliki komponen dan
rangkaian yang sama. Itu karena pada pengapian CDI AC juga ada komponen dioda
sebagai penyearah arus. Sehingga meski memiliki nama AC, tetap saja menggunakan
arus DC.
Lalu bagaimana pengapian CDI bekerja ?
Secara detail sudah kita bahas diartikel ini : Cara kerja sistem pengapian CDI. Singkatnya, api pada busi bisa muncul apabila sumber arus positif memiliki tegangan cukup tinggi (sampai 20KV).
Untuk menghasilkan tegangan sebesar itu, maka perlu diinduksi menggunakan ignition coil. Teknik induksi pada pengapian CDI, memanfaatkan arus lepasan (discharge current) pada komponen kapasitor. Besar tegangan arus lepasan kapasitor ini bisa lebih besar dari tegangan aki, sehingga begitu masuk ke coil, peningkatan tegangannya akan semakin besar.
Lalu bagaimana pengapian CDI bekerja ?
Secara detail sudah kita bahas diartikel ini : Cara kerja sistem pengapian CDI. Singkatnya, api pada busi bisa muncul apabila sumber arus positif memiliki tegangan cukup tinggi (sampai 20KV).
Untuk menghasilkan tegangan sebesar itu, maka perlu diinduksi menggunakan ignition coil. Teknik induksi pada pengapian CDI, memanfaatkan arus lepasan (discharge current) pada komponen kapasitor. Besar tegangan arus lepasan kapasitor ini bisa lebih besar dari tegangan aki, sehingga begitu masuk ke coil, peningkatan tegangannya akan semakin besar.
Nama Komponen Pengapian CDI dan Fungsinya
1. Baterai
Fungsi baterai, adalah sebagai penyimpan arus listrik. Memang
baterai ini tidak terlalu diprioritaskan karena kebutuhan sumber listrik akan
dipenuhi oleh spul. Namun, pada motor injeksi baterai menjadi komponen yang
cukup penting karena juga akan mengaktifkan ECU.
2. Spul & Rotor magnet
Spul dan rotor magnet adalah dua komponen yang berbeda,
namun keduanya memiliki satu tujuan yakni untuk mengubah putaran dari poros
engkol mesin menjadi listrik AC. Listrik ini yang menjadi sumber tenaga dari
sistem pengapian.
Spul adalah komponen berbentuk kumparan statis yang terletak
didalam rotor magnet, sementara rotor magnet adalah magnet berbentuk tromol
yang terhubung ke poros engkol mesin. Rotor ini memiliki permanen magnet
sehingga ketika poros mesin hidup, spul akan langsung meghasilkan arus.
3. Pulse igniter/pick up coil
Beberapa orang mungkin lebih familiar dengan kata pick up
coil, karena fungsinya sebagai penjemput sinyal. Sinyal yang dimaksud adalah
sinyal yang menunjukan timming pengapian mesin.
Cara kerja pulse igniter ini hampir sama seperti spul namun
dengan versi lebih sederhana. Dalam satu putaran engkol, itu hanya terjadi satu
kali perpotongan. Sehingga bukan arus listrik yang dikirimkan, melainkan sebuah
sinyal PWM yang menunjukan RPM mesin dan timming pengapian.
Sinyal ini kemudian akan dikirimkan ke SCR didalam CDI unit.
4. Voltage converter
Pengkonversi tegangan, diperlukan untuk memaksimalkan arus
discharge, perlu diketahui prinsip kerja pengapian CDI itu berbeda dengan
sistem pengapian mobil yang menggunakan platina. Pada mobil, induksi pada coil
akan terjadi ketika platina memutuskan arus primer coil.
Namun pada CDI motor, induksi akan terjadi justru ketika
arus primer dialiri oleh arus discharger. Namun agar induksi berjalan dengan maksimal
dan cepat, maka arus discharge yang mengalir ke kumparan primer juga harus
bertegangan lebih tinggi.
Converter inilah yang memungkinkan arus discharge memiliki
tegangan lebih tinggi. Dalam satuan milisecon, tegangan listrik dari spul bisa
dinaikan menjadi sekitar 300 Volt untuk mengisi Capasitor.
5. CDI unit
CDI unit bisa dibilang menjadi modul utama dari sistem
pengapian CDI. Fungsi utamanya adalah sebagai penyalur tegangan ke coil melalui
prinsip discharge. Didalam CDI unit terdapat komponen capasitor, kita tahu
kalai capasitor itu mampu menyerap arus listrik, mampu menyimpan arus listrik
yang diserap dan mampu melepaskannya dengan spontan.
Proses pelepasan arus ini akan diarahkan ke kumparan primer
pada coil untuk melakukan induksi. Selain capasitor, ada pula komponen
thrysistor atau SCR yang digunakan sebagai gate untuk melakukan dishcarging.
6. Kunci kontak
7. Sekering
Fuse menjadi komponen yang tidak boleh dilupakan pada setiap
rangkaian kelistrikan. Karena fungsinya sebagai pengaman rangkaian kelistrikan
dari short to ground atau kosleting. Termasuk pada sistem pengapian, fuse
dipakai untuk melindungi CDI unit ketika terjadi hubungan singkat arus listrik.
Cara kerja fuse adalah dengan memutuskan kawat tipis didalam
fuse secara otomatis ketika arus yang melewati melebihi batas kemampuan fuse. Misal
tertera fuse 10 A, artinya kalau arus listrik yang mengalir melebihi 10 A maka
sekering akan putus dan skema kelistrikan akan mati.
8. Ignition coil
Ignition coil adalah komponen yang berfungsi menaikan
tegangan kelistrikan motor, menjadi tegangan super tinggi mencapai 200 KV
melalui proses induksi spontan. Prinsip kerjanya hampir sama dengan trafo step
up.
Dimana jumlah lilitan pada kumparan sekunder lebih banyak
daripada kumparan primer. Sehingga ketika kumparan sekunder menangkap gaya
kemagnetan dari kumparan primer bisa terjadi peningkatan tegangan.
9. Kabel busi
Fungsi dari kabel tembaga adalah sebagai penyalur listrik
bertegangan tinggi dari ignition coil. Kabel busi memang memiliki bentuk
seperti kabel pada umumnya, namun kabel ini memiliki diameter lebih besar. Mungkin
bisa sampai 5 mm. Biasanya kabel busi menggunakan satu helai kawat tembaga
dengan diameter besar, dan ada beberapa helai serabut tembaga yang mengitarinya
(tanpa bersentuhan).
Kawat ini digunakan untuk mengalirkan tegangan dari coil dan
serabut tembaga disekitar kawat utama dipakai untuk mencegah terjadinya
penurunan tegangan.
10. Cop busi
Cop busi adalah ujung dari kabel busi yang ditempelkan pada
ujung busi. Meski fungsinya hanya sebagai penghubung antara kabel busi dan
busi, bentuk cop busi ini juga tak boleh sembarangan. Karena kalau kawat dari
kabel busi tidak melekat dengan sempurna ke konduktor didalam cop busi maka
tegangan yang sampai ke busi menjadi lebih kecil.
11. Busi
Karena sifat arus listrik selalu mencari masa, maka dengan
celah sekitar 0,8 mm akan timbul loncatan elektron. Kalau tegangan pada
elektroda kecil, maka loncatan elektron tidak akan terlihat. Namun karena
tegangan pada elektroda itu mencapai 200 KV, maka loncatan elektron ini akan
berbentuk seperti percikan api.
Baca pula ; komponen sistem pengapian konvensional pada mobil
Rangkaian Pengapian CDI Motor
1. Saat posisi OFF
2. Saat Posisi ON
Demikian artikel lengkap dan jelas mengenai nama komponen
sistem pengapian CDI sepeda motor beserta fungsinya. Semoga bisa menambah
wawasan kita semua.