10 Komponen Pengapian Konvensional + Gambar + Fungsinya
Komponen pengapian konvensional – Apa fungsi sistem
pengapian ? sebagian besar anda pasti sudah mengetahuinya, bahwa sistem
pengapian berperan dalam hal pemicuan pembakaran melalui percikan busi. Pada
prosesnya, busi bisa mengeluarkan percikan api karena ada rangkaian pengubah
tegangan menjadi super tinggi.
Pengubahan tegangan ini, menggunakan prinsip induksi
elektromagnet seperti trafo step-up. Hanya saja proses pengubahan ini
berlangsung sekejap agar pengubahan bisa fokus ke satu titik untuk memperoleh
tegangan output yang besar.
Lebih lengkap bisa simak ; Cara kerja sistem pengapian konvensional
Prinsip kerja sistem pengapian konvensional yakni dengan melakukan pengubahan tegangan baterai dari 12 Volt menjadi lebih dari 12 KV.
Untuk melakukan rangkaian ini, sistem pengapian dibekali oleh beberapa komponen
pendukung.
Berikut adalah fungsi komponen sistem pengapian konvensional yang berperan dalam rangkaian pengubahan dan pemercikan api pada busi.
Berikut adalah fungsi komponen sistem pengapian konvensional yang berperan dalam rangkaian pengubahan dan pemercikan api pada busi.
Nama Komponen Pengapian Konvensional beserta Fungsinya
1. Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber arus, mengapa batera masuk
ke komponen pengapian ? bukannya baterai itu komponen kelistrikan kendaraan ?
memang dan sistem pengapian salah satu kelistrikan mobil, jadi semua yang
memerlukan arus listrik harus menyertakan baterai sebagai komponennya.
Tegangan baterai normal, 12 volt entah pada motor ataupun
mobil. Perbedaan antara aki motor dan mobil itu bukan pada tegangannya
melainkan pada dayanya yang memiliki satuan Watt. Ini karena daya listrik pada
mobil itu lebih besar, selain sistem pengapian ada pula sistem penerangan dan
aksesoris yang memerlukan daya listrik besar.
2. Kunci kontak
Beberapa dari kita mengenal kunci kontak sebagai alat
penstater mesin, atau komponen untuk menghidupkan starter mesin. Itu benar,
tapi bukan hanya itu fungsi ignition switch. Pada lubang ignition ada 4 posisi
yakni ;
- Posisi Off
- Posisi Acc
- Posisi On
- Posisi ST
Pada posisi Acc, sistem pengapian masih belum aktif dalam
artian belum ada arus yang memasuki coil primer. Listrik baru akan masuk ke
coil primer saat kunci kontak kita posisikan pada posisi ON. Pada posisi ini,
bukan hanya coil primer yang mendapatkan arus tapi seluruh sistem utama
kendaraan juga sudah siap diaktifkan.
3. Ignition coil
Inilah komponen yang paling penting, karena mengusung fungsi
sebagai trafo step up, atau menaikan tegangan baterai. Seperti yang kita
singgung diatas bahwa coil ini bekerja dengan prinsip induksi elektromagnet
memakai dua buah coil. Dimana jumlah lilitan coil sekunder lebih banyak dari
coil primer, sehingga ketika kemagnetan dari coil primer menginduksi coil
sekunder dapat terjadi peningkatan tegangan. Selengkapnya bisa anda simak pada
cara kerja ignition coil berikut.
4. Distributor
Pada sistem pengapian konvensional, distributor menjadi
komponen yang digunakan dalam hal timming dan FO. Distributor terdiri dari poros
yang terhubung dengan cam, cam ini dipakai untuk memutuskan aliran arus dari
coil primer.
Sementara itu, dibagian tutup distributor akan anda temui
dua komponen utama yang berkaitan dengan fairing order. Yakni rotor dan
distributor cap. Rotor merupakan komponen konduktor yang membagikan output dari
coil ke kabel busi sesuai FO, sementara distributor cap merupakan pangkal dari
kabel busi untuk menyalurkan dan menerima output coil ke rotor. Selengkapnya
bisa anda simak pula pada bagian-bagian distributor pengapian.
5. Kontak point/platina
Contact point atau breaker point merupakan sebuah plat mirip
saklar yang dapat terputus dan tersambung. Untuk apa fungsinya ? ini seperti
prinsip kerja coil dimana untuk menghasilkan tegangan output yang besar perlu
dilakukan pemutusan arus primer. Kontak inilah yang bertugas memutuskan arus
primer sesuai dengan sudut pengapian.
Cara kerja kontak point yakni dengan memanfaatkan cam yang
menyentuh kaki ebonit. Saat kaki ini tersentuh cam, maka kontak akan membuka
dan menyebabkan arus primer terputus. Kontak ini juga familiar disebut platina
karena memakai logam platina pada ujung kontaknya.
6. Vacuum advancer
Vacuum advancer, bertugas pada bagian spark advancing, atau
pengubahan timming pengapian. Mengapa timming perlu diubah ? ini bertujuan
untuk menyesuaikan kondisi mesin dengan pengapian, misal pada saat mesin
membawa beban berat. Kondisi ini akan menimbulkan gerakan piston yang lambat
meski katup gas terbuka penuh.
Jika timming tetap, maka bisa jadi meimbukan efek contra
yang justru menghambat laju piston. Untuk menyesuaikannya, maka timming
pengapian akan dimundurkan hampir 0 derajat sehingga expansi hasil pembakaran
bisa dipakai sepenuhnya untuk mendorong piston kebawah.
Vacuum advancer akan memundurkan pengapian berdasarkan beban
mesin, ini dideteksi dari kevakuman di intake manifold. Jika kondisinya seperti
diatas maka daya hisap pada piston menurun, dan kontak point akan bergeser
lebih lambat. Untuk lebih detail bisa baca cara kerja vacuum advancer.
7. Governoor advancer
Sentrifugal governoor advancer juga sama seperti vacuum
advancer, fungsi governorr advancer adalah mengubah timming pengapian mesin
berdasarkan RPM mesin. Kondisinya, apabila RPM tinggi maka timming pengaian
harus dibuat lebih awal agar tidak terjadi knocking dan self ignition.
Governoor advancer menggunakan dua buah bandul yang dapat
meregang berdasarkan gaya sentrifugal yang mengenainya. Bandul ini akan
menempel pada poros distributor dan putaran poros akan menimbulkan gaya
sentrifugal pada bandul, regangan bandul digunakan untuk mempercepat sudut buka
platina. Simak prinsip kerja governoor advancer untuk lebih detail,
8. Kapasitor
Capasitor atau condensor merupakan komponen elektronika yang
memiliki kemampuan menyerap arus dan mengeluarkannya saat diperlukan. Pada pengapian
konvensional, kemampuan ini digunakan untuk menyerap api dari coil primer.
Ketika kontak point membuka, maka harusnya arus primer coil
terputus. Namun, pembukaan platina itu hanya sekitar 0,5 mm. Dengan celah
sekecil ini, maka listrik tegangan 12 volt bisa melompat sehingga akan muncul
percikan api pada platina dan proses pemutusan arus terganggu.
Dengan adanya capasitor maka ketika platina membuka, arus
listrik akan dipindahkan ke capasitor yang memiliki koneksi. Namun arusnya
tidak disimpan didalam capasitor karena langsung dihubungkan ke masa. Proses ini
akan membuat capasitor langsung mengalami kekosongan sehingga bisa dipakai
secara cepat dan berulang-ulang.
9. Kabel Busi
Kabel pada busi, memiliki bentuk dan kemampuan berbeda
dengan kabel-kabel umumnya. Kabel ini biasanya terbuat dari tembaga berdiameter
besar dengan isolator yang tebal. Ini karena kabel busi akan menghubungkan
tegangan super tinggi dari output coil. Sehingga diperlukan kabel yang memiliki
daya tahan besar.
10. Busi
Komponen terakhir pada sistem pengapian mesin bensin ialah
busi atau spark plug. Busi terdiri dari sebuah core atau batang elektroda
sebagai penerima arus listrik dari output coil dan masa yang terletak pada body
busi. Celah yang anda lihat pada busi, itu celah antara ujung elektroda yang
memiliki listrik positif dan ground yang memiliki listrik negatif.
Sehingga jika arus listrik pada elektroda memiliki tegangan
yang besar, maka listrik tersebut mampu keluar atau melompat ke ground yang
berwujud percikan api. Begitulah cara busi menghasilkan api.
Baca juga
gambar diatas menunjukan rangkaian sistem pengapian konvensional pada kendaraan. Rangkaian diatas, menjadi dasar dari sistem pengapian elektronik atau full transistor yang sekarang banyak digunakan. Sehingga apabila anda memahami skema pengapian konvensional, harusnya anda juga dapat memahami bagaimana cara kerja sistem pengapian elektronik.
Baca pula ;
Baca juga
Rangkaian Sistem Pengapian Konvensional
Baca pula ;
Demikian artikel lengkap dan super jelas mengenai komponen
sistem pengapian konvensional mobil beserta gambar dan fungsinya. Semoga bisa
menambah wawasan kita dan bermanfaat bagi kita semua.