Cara Kerja Altenator Secara Rinci + Diagram Proses
Altenator bisa dibilang menjadi komponen kunci pada sistem pengisian kendaraan. Karena fungsinya jelas untuk menghasilkan arus listrik.
Saat mesin cranking, maka pulley mesin akan berputar. Putaran pulley mesin akan memutar pulley altenator, akibatnya rotor coil yang terhubung ke pulley altenator juga akan ikut berputar. Berputarnya rotor coil menyebabkan perpotongan garis gaya magnet karena sebelumnya medan magnet sudah dibangkitkan saat kunci kontak ON, sehingga saat ada pergerakan rotor timbulah aliran listrik pada stator coil.
Besarnya tegangan listrik yang terdapat pada stator coil itu dipengaruhi oleh besar RPM rotor. Kalau putaran rotor rendah, maka tegangan listrik yang dihasilkan juga akan rendah. Dan itu berlaku sebaliknya.
Diagram perpotongan garis magnet didalam altenator
Terlihat dengan jelas, saat rotor berputar kutub rotor akan berubah-ubah setiap 180 derajat putaran. Inilah yang menyebabkan arus yang dihasilkan bersifat AC (Alternate Curent)
Output dari kumparan stator ada dua, yakni ground dan B+. Untuk output ground akan langsung dihubungkan ke body mobil, sementara ouput B+ dari stator akan terhubung langsung ke dioda bridge agar arus listrik searah (AC). Proses penyearahan akan dilakukan secara otomatis karena dioda memang memiliki fungsi untuk memblok aliran arus dari satu arah.
Pada sebuah altenator ada setidaknya 3 terminal, yakni terminal F dan N yang digunakan untuk mengatur tegangan rotor. Serta terminal B yang terhubung secara langsung ke kabel utama starter dan baterai.
Listrik yang sudah melewati dioda bridge, sudah bersifat DC namun tidak bisa digunakan langsung. Ini karena kelistrikan mobil hanya tahan terhadap tegangan maksimal 14 Volt. Sementara altenator bisa menghasilkan lebih dari itu kalau RPM tinggi. Sehingga perlu ada komponen tambahan berpa regulator. selengkapnya simak Fungsi dan Cara kerja regulator pengisian.
Demikian artikel singkat mengenai skema dan prinsip kerja altenator pada mobil, semiga bisa menambah wawasan kita dan bermanfaat bagi kita semua.
Sebenarnya altenator sendiri tidak menghasilkan arus listrik melainkan hanya mengubah bentuk energi dari energi putar (dari pulley mesin) menjadi energi listrik yang digunakan untuk mensuplai kebutuhan kelistrikan kendaraan.
Lalu, bagaimana altenator ini dapat bekerja ? mari kita bahas secara rinci diartikel ini.
Altenator memanfaatkan hukum Faraday yang menyatakan bila sebatang penghantar berada di suatu medan magnet yang berubah-ubah sehingga memotong garis gaya magnet, maka akan terbentuk suatu gaya gerak listrik pada ujung penghantar tersebut.
Dengan kata lain aliran listrik diperloleh dari adanya pergerakan medan magnet disekitar penghantar. Pergerakan ini, akan menimbulkan perpotongan pada garis gaya magnet sehingga akan ada aliran listrik dengan arah tertentu yang melewati penghantar tersebut.
Dalam sebuah altenator ada tiga komponen utama yakni
1. Stator Coil
Stator adalah kumparan statis, kumparan ini terletak disekitar rotor coil. Fungsi stator adalah senagai penghantar yang menjadi tempat mengalirnya listrik ketika terjadi perpotongan gaya magnet. Stator ini memiliki dua ujung sebagai sumber output arus dan masa.
2. Rotor Coil
Rotor adalah kumparan yang bergerak (berputar). Fungsi rotor adalah sebagai penyedia medan magnet dan melakukan perpotongan garis gaya magnet. Rotor coil akan terhubung dengan pulley altenator yang berputar saat mesin hidup. Hasil dari putaran ini, adalah berupa loncatan elektron yang memicu aliran listrik pada kumparan stator.
3. Dioda Bridge
Dioda bridge merupakan ranghkaian dioda yang disusun dalam beberapa phase untuk membuat arus output altenator searah (DC). Altenator menghasilkan arus AC sementara kendaraan perlu arus DC, dan komponen inilah yang bertugas menyearahkan arus.
Pada saat kunci kontak ON maka listrik dari baterai akan mengalir ke rotor coil dan terjadilah kemagnetan pada sekitar rotor coil. (posisi rotor coil ada didalam kumparan stator).
Prinsip Kerja Altenator
Altenator memanfaatkan hukum Faraday yang menyatakan bila sebatang penghantar berada di suatu medan magnet yang berubah-ubah sehingga memotong garis gaya magnet, maka akan terbentuk suatu gaya gerak listrik pada ujung penghantar tersebut.
Dengan kata lain aliran listrik diperloleh dari adanya pergerakan medan magnet disekitar penghantar. Pergerakan ini, akan menimbulkan perpotongan pada garis gaya magnet sehingga akan ada aliran listrik dengan arah tertentu yang melewati penghantar tersebut.
Dalam sebuah altenator ada tiga komponen utama yakni
1. Stator Coil
Stator adalah kumparan statis, kumparan ini terletak disekitar rotor coil. Fungsi stator adalah senagai penghantar yang menjadi tempat mengalirnya listrik ketika terjadi perpotongan gaya magnet. Stator ini memiliki dua ujung sebagai sumber output arus dan masa.
2. Rotor Coil
Rotor adalah kumparan yang bergerak (berputar). Fungsi rotor adalah sebagai penyedia medan magnet dan melakukan perpotongan garis gaya magnet. Rotor coil akan terhubung dengan pulley altenator yang berputar saat mesin hidup. Hasil dari putaran ini, adalah berupa loncatan elektron yang memicu aliran listrik pada kumparan stator.
3. Dioda Bridge
Dioda bridge merupakan ranghkaian dioda yang disusun dalam beberapa phase untuk membuat arus output altenator searah (DC). Altenator menghasilkan arus AC sementara kendaraan perlu arus DC, dan komponen inilah yang bertugas menyearahkan arus.
Bagaimana Cara Kerja Altenator ?
Pada saat kunci kontak ON maka listrik dari baterai akan mengalir ke rotor coil dan terjadilah kemagnetan pada sekitar rotor coil. (posisi rotor coil ada didalam kumparan stator).
Saat mesin cranking, maka pulley mesin akan berputar. Putaran pulley mesin akan memutar pulley altenator, akibatnya rotor coil yang terhubung ke pulley altenator juga akan ikut berputar. Berputarnya rotor coil menyebabkan perpotongan garis gaya magnet karena sebelumnya medan magnet sudah dibangkitkan saat kunci kontak ON, sehingga saat ada pergerakan rotor timbulah aliran listrik pada stator coil.
Besarnya tegangan listrik yang terdapat pada stator coil itu dipengaruhi oleh besar RPM rotor. Kalau putaran rotor rendah, maka tegangan listrik yang dihasilkan juga akan rendah. Dan itu berlaku sebaliknya.
Diagram perpotongan garis magnet didalam altenator
Terlihat dengan jelas, saat rotor berputar kutub rotor akan berubah-ubah setiap 180 derajat putaran. Inilah yang menyebabkan arus yang dihasilkan bersifat AC (Alternate Curent)
Output dari kumparan stator ada dua, yakni ground dan B+. Untuk output ground akan langsung dihubungkan ke body mobil, sementara ouput B+ dari stator akan terhubung langsung ke dioda bridge agar arus listrik searah (AC). Proses penyearahan akan dilakukan secara otomatis karena dioda memang memiliki fungsi untuk memblok aliran arus dari satu arah.
Pada sebuah altenator ada setidaknya 3 terminal, yakni terminal F dan N yang digunakan untuk mengatur tegangan rotor. Serta terminal B yang terhubung secara langsung ke kabel utama starter dan baterai.
Listrik yang sudah melewati dioda bridge, sudah bersifat DC namun tidak bisa digunakan langsung. Ini karena kelistrikan mobil hanya tahan terhadap tegangan maksimal 14 Volt. Sementara altenator bisa menghasilkan lebih dari itu kalau RPM tinggi. Sehingga perlu ada komponen tambahan berpa regulator. selengkapnya simak Fungsi dan Cara kerja regulator pengisian.
Demikian artikel singkat mengenai skema dan prinsip kerja altenator pada mobil, semiga bisa menambah wawasan kita dan bermanfaat bagi kita semua.