Tips memilih bahan bakar terbaik untuk mesin bensin dan diesel anda
Jika diibaratkan manusia, bahan bakar merupakan asupan minuman yang harus diberikan, agar manusia dapat melakukan berbagai aktifitas. Apa jadinya jika asupan itu tidak sesuai bahkan mengandung toksis. Tentu akan meracuni tubuh dan berimbas pada kesehatan serta aktifitas manusia.
Pada mesin, bahan bakar yang tidak sesuai bahkan mengandung partikel korosif tentu akan mempengaruhi kesehatan serta performa mesin. Tidak semua bahan bakar dapat dikonsumsi dengan baik oleh mesin. Karena tiap mesin memiliki spesifikasi yang berbeda. Juga bahan bakar memiliki grade kualitas yang berbeda.
Apa akibatnya jika salah memilih bahan bakar
Akibat bahan bakar yang tidak sesuai, akan menyebabkan penurunan performa mesin. Hal tersebut juga akan diperparah jika terdapat banyak sulfur dalam bahan bakar. Lantas bagaimana memilih bahan bakar yang tepat untuk mesin ? Apa saja hal yang perlu diperhatikan ? Simak tips dibawah
1. Perhatikan nilai oktan pada bensin
Bensin disusun oleh dua molekul utama, iso-oktana dan n-heptana. Jumlah iso-oktana pada bensin harusnya lebih tinggi daripada n-heptana. Hal itu karena, oktana lebih mudah dikompressi sampai volume paling kecil tanpa terjadi pembakaran spontan ( self burning).
Oleh karena itu, semakin banyak kandungan iso-oktana pada bensin, semakin tinggi pula tekanan yang mampu dibebani. Artinya bensin yang memiliki kandungan iso-oktana yang tinggi sangat cocok digunakan pada mesin bensin yang memiliki rasio kompressi tinggi.
Namun jika mesin tersebut di paksakan menggunakan bensin ber-oktane rendah, tentu akan menyebabkan pre-ignition. Pre-ignition terjadi saat bensin terbakar dengan sendirinya sebelum busi menyala karena tekanan kompressi yang tinggi. Hasilnya akan timbul suara ketukan yang biasa disebut knocking.
Untuk mengetahui jumlah kandungan iso-oktana pada bensin, kita dapat melihat dari label "oktane 90" atau "RON 90". Artinya, bensin tersebut mengandung 90% iso-oktana.
Dibawah ini adalah deretan jenis bensin beserta nilai Oktane yang dimiliki
Sebenarnya nilai oktane pada bensin yang memiliki RON rendah dapat ditingkatkan dengan menambahkan cairan zat aditif tetraethyl lead ( TEL, Pb(C2H5)4). Namun zat aditif ini mengandung timbal yang dapat membahayakan makhluk hidup. Sehingga saat ini penggunaan bahan bakar yang mengandung timbal sudah dilarang.
Zat aditif lain yang sering digunakan sebagai campuran untuk meningkatkan nilai oktane bensin adalah MTBE (methyl tertiary butyl ether, C5H11O). Berbeda dengan zat pertama, zat ini berasal dari zat etanol. MTBE murni memiliki nilai oktan 118. Selain itu MTBE juga akan menambahkan pasokan oksigen pada campuran gas di dalam mesin. Sehingga akan menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna dan emisi yang terjaga. Namun belakangan zat ini kembali dilarang dengan alasan, zat ini memiliki sifat karsinogenik dan mudah bercampur dengan air. Sehingga saat air tercemar oleh zat ini, tentu akan berbahaya bagi manusia.
2. Perhatikan nilai cetane khusus solar (Diesel)
Jika bensin memiliki nilai oktane, solar memiliki nilai cetane. Berbeda dengan bensin, pada solar semakin tinggi nilai cetane, semakin mudah bahan bakar terbakar saat dikompressi. Mengingat pada mesin diesel bahan bakar akan terbakar karena tekanan tanpa bantuan busi, kemudahan bahan bakar untuk mudah terbakar sangat mempengaruhi kinerja mesin diesel.
Simplenya, semakin tinggi nilai cetane pada solar, semakin baik pula kinerja mesin diesel. Di beberapa negara memiliki standar angka cetane minimum untuk solar. Di Eropa, standar minimum solar harus memiliki minimal CN 40. Sementara di Amerika utara, menganut ASTM D975, yang memiliki nilai cetane CN 42-45. Sementara solar di Indonesia, memiliki angka cetane CN 48 pada biosolar.
Selain nilai cetane, kandungan sulfur juga harus diperhatikan dalam memilih solar. Kandungan sulfur yang tinggi mencapai 5.000 PPM akan memperburuk kemampuan pelumasan solar. Hasilnya akan menyebabkan keausan pada dinding silinder yang berimbas pada rasio kompressi yang menurun. Sementara di Eropa, mesin diesel modern sudah mengusung ultra low sulphur yang memiliki kandungan sulfur tidak lebih dari 15 PPM.
Inilah daftar solar di Indonesia beserta nilai cetane dan kandungan sulfur.
3. Perhatikan rasio kompressi
Rasio kompressi adalah perbandingan volume ruang bakar dengan volume total pada satu silinder. Rasio kompressi menjadi patokan utama untuk memilih bahan bakar yang tepat. Karena jumlah iso-oktana pada bensin mempunyai limit tekanan maksimal sebelum terbakar dengan sendirinya. Setiap mobil memiliki rasio kompressi yang berbeda. Namun untuk mobil-mobil modern yang mengusung green car, memiliki rasio kompressi yang tinggi. Rasio kompressi dibuat besar dengan tujuan menekan konsumsi bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang.
Rasio kompressi dapat anda temui di buku service atau buku manapun yang memuat spesifikasi teknis kendaraan. Beberapa mobil bahkan sudah memberi rekomendasi bahan bakar yang terdapat pada tutup tangki bahan bakar.
4. Hati-hati dalam mencampur jenis bahan bakar
Pertamina mengeluarkan produk BBM dalam beberapa jenis. Ada premium, pertalite dan pertamax. Dari ketiga jenis BBM tersebut banyak orang yang suka mencampur tiap jenisnya baik disengaja atau karena alasan apapun.
Contohnya kita sering menjumpai kondisi dimana bensin di tanki kita merupakan premium. Namun karena ingin tenaga lebih besar, akhirnya kita mencampuri bahan bakar tersebut dengan pertamax.
Sebenarnya mencampur premium dan pertamax atau jenis lainya tidak apa-apa, asal masih dalam BBM jenis bensin. Namun pertamax memiliki zat aditif yang bernama Ecosave Technology, dimana teknologi itu bekerja layaknya lapisan yang mampu melumasi komponen didalam mesin, juga memiliki efek pembilasan.
Saat pertamax dicampurkan dengan premium, zat aditif tersebut tidak akan bekerja secara optimal. Sehingga sia-sia jika kita membeli pertamax, tapi tidak mendapatkan hasil sesuai.
Tapi jangan sampai mencampur bensin dengan jenis BBM lain contohnya solar. Walaupun hal ini terbilang sangat sepele, nyatanya banyak kejadian mobil mogok akibat salah isi BBM. Kesalahan ini bisa diakibatkan oleh pengguna ataupun pihak SPBU yang lalai. Oleh karena itu, pastikan cari SPBU terpercaya. Jangan pula mengisi BBM yang belum kita ketahui kandungan didalam BBM tersebut.
Pada mesin, bahan bakar yang tidak sesuai bahkan mengandung partikel korosif tentu akan mempengaruhi kesehatan serta performa mesin. Tidak semua bahan bakar dapat dikonsumsi dengan baik oleh mesin. Karena tiap mesin memiliki spesifikasi yang berbeda. Juga bahan bakar memiliki grade kualitas yang berbeda.
Apa akibatnya jika salah memilih bahan bakar
- Nilai oktane yang tidak sesuai, akan mempengaruhi performa mesin.
- Beresiko terjadi engine knocking dan misfiring
- Emisi gas buang juga akan ikut terpengaruh
- Dalam jangka waktu lama, akan merusak komponen mesin.
Akibat bahan bakar yang tidak sesuai, akan menyebabkan penurunan performa mesin. Hal tersebut juga akan diperparah jika terdapat banyak sulfur dalam bahan bakar. Lantas bagaimana memilih bahan bakar yang tepat untuk mesin ? Apa saja hal yang perlu diperhatikan ? Simak tips dibawah
1. Perhatikan nilai oktan pada bensin
Bensin disusun oleh dua molekul utama, iso-oktana dan n-heptana. Jumlah iso-oktana pada bensin harusnya lebih tinggi daripada n-heptana. Hal itu karena, oktana lebih mudah dikompressi sampai volume paling kecil tanpa terjadi pembakaran spontan ( self burning).
Oleh karena itu, semakin banyak kandungan iso-oktana pada bensin, semakin tinggi pula tekanan yang mampu dibebani. Artinya bensin yang memiliki kandungan iso-oktana yang tinggi sangat cocok digunakan pada mesin bensin yang memiliki rasio kompressi tinggi.
Namun jika mesin tersebut di paksakan menggunakan bensin ber-oktane rendah, tentu akan menyebabkan pre-ignition. Pre-ignition terjadi saat bensin terbakar dengan sendirinya sebelum busi menyala karena tekanan kompressi yang tinggi. Hasilnya akan timbul suara ketukan yang biasa disebut knocking.
Untuk mengetahui jumlah kandungan iso-oktana pada bensin, kita dapat melihat dari label "oktane 90" atau "RON 90". Artinya, bensin tersebut mengandung 90% iso-oktana.
Dibawah ini adalah deretan jenis bensin beserta nilai Oktane yang dimiliki
Tabel Bensin
| |||||
Jenis | RON | Harga | |||
---|---|---|---|---|---|
Premium | RON 88 | Rp. 7.050 | |||
Pertalite | RON 90 | Rp. 7.600 | |||
Pertamax | RON 92 | Rp. 8.000 | |||
Pertamax plus | RON 95 | Rp. 8.450 | |||
Pertamax turbo | RON 98 | Rp. 8.800 | |||
Shell super | RON 92 | Rp. 8.050 | |||
Shell V power | RON 95 | Rp. 9.150 | |||
Total 92 | RON 92 | Rp. 8.150 | |||
Total 95 | RON 95 | Rp. 9.100 |
Sebenarnya nilai oktane pada bensin yang memiliki RON rendah dapat ditingkatkan dengan menambahkan cairan zat aditif tetraethyl lead ( TEL, Pb(C2H5)4). Namun zat aditif ini mengandung timbal yang dapat membahayakan makhluk hidup. Sehingga saat ini penggunaan bahan bakar yang mengandung timbal sudah dilarang.
Zat aditif lain yang sering digunakan sebagai campuran untuk meningkatkan nilai oktane bensin adalah MTBE (methyl tertiary butyl ether, C5H11O). Berbeda dengan zat pertama, zat ini berasal dari zat etanol. MTBE murni memiliki nilai oktan 118. Selain itu MTBE juga akan menambahkan pasokan oksigen pada campuran gas di dalam mesin. Sehingga akan menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna dan emisi yang terjaga. Namun belakangan zat ini kembali dilarang dengan alasan, zat ini memiliki sifat karsinogenik dan mudah bercampur dengan air. Sehingga saat air tercemar oleh zat ini, tentu akan berbahaya bagi manusia.
2. Perhatikan nilai cetane khusus solar (Diesel)
Jika bensin memiliki nilai oktane, solar memiliki nilai cetane. Berbeda dengan bensin, pada solar semakin tinggi nilai cetane, semakin mudah bahan bakar terbakar saat dikompressi. Mengingat pada mesin diesel bahan bakar akan terbakar karena tekanan tanpa bantuan busi, kemudahan bahan bakar untuk mudah terbakar sangat mempengaruhi kinerja mesin diesel.
Simplenya, semakin tinggi nilai cetane pada solar, semakin baik pula kinerja mesin diesel. Di beberapa negara memiliki standar angka cetane minimum untuk solar. Di Eropa, standar minimum solar harus memiliki minimal CN 40. Sementara di Amerika utara, menganut ASTM D975, yang memiliki nilai cetane CN 42-45. Sementara solar di Indonesia, memiliki angka cetane CN 48 pada biosolar.
Selain nilai cetane, kandungan sulfur juga harus diperhatikan dalam memilih solar. Kandungan sulfur yang tinggi mencapai 5.000 PPM akan memperburuk kemampuan pelumasan solar. Hasilnya akan menyebabkan keausan pada dinding silinder yang berimbas pada rasio kompressi yang menurun. Sementara di Eropa, mesin diesel modern sudah mengusung ultra low sulphur yang memiliki kandungan sulfur tidak lebih dari 15 PPM.
Inilah daftar solar di Indonesia beserta nilai cetane dan kandungan sulfur.
table solar
| |||||
Jenis | Cetane | Sulphur | Harga | ||
---|---|---|---|---|---|
Biosolar | CN48 | 3.500 PPM | Rp. 5.150 | ||
Dexlite | CN51 | 1.200 PPM | Rp. 6.750 | ||
Pertadex | CN53 | 300 PPM | Rp. 8.100 | ||
Shell Diesel | CN49,5 | 10 PPM | Rp.8.950 | ||
Total Diesel | CN51,2 | - | Rp. 9.000 |
3. Perhatikan rasio kompressi
Rasio kompressi adalah perbandingan volume ruang bakar dengan volume total pada satu silinder. Rasio kompressi menjadi patokan utama untuk memilih bahan bakar yang tepat. Karena jumlah iso-oktana pada bensin mempunyai limit tekanan maksimal sebelum terbakar dengan sendirinya. Setiap mobil memiliki rasio kompressi yang berbeda. Namun untuk mobil-mobil modern yang mengusung green car, memiliki rasio kompressi yang tinggi. Rasio kompressi dibuat besar dengan tujuan menekan konsumsi bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang.
Rasio kompressi dapat anda temui di buku service atau buku manapun yang memuat spesifikasi teknis kendaraan. Beberapa mobil bahkan sudah memberi rekomendasi bahan bakar yang terdapat pada tutup tangki bahan bakar.
4. Hati-hati dalam mencampur jenis bahan bakar
Pertamina mengeluarkan produk BBM dalam beberapa jenis. Ada premium, pertalite dan pertamax. Dari ketiga jenis BBM tersebut banyak orang yang suka mencampur tiap jenisnya baik disengaja atau karena alasan apapun.
Contohnya kita sering menjumpai kondisi dimana bensin di tanki kita merupakan premium. Namun karena ingin tenaga lebih besar, akhirnya kita mencampuri bahan bakar tersebut dengan pertamax.
Sebenarnya mencampur premium dan pertamax atau jenis lainya tidak apa-apa, asal masih dalam BBM jenis bensin. Namun pertamax memiliki zat aditif yang bernama Ecosave Technology, dimana teknologi itu bekerja layaknya lapisan yang mampu melumasi komponen didalam mesin, juga memiliki efek pembilasan.
Saat pertamax dicampurkan dengan premium, zat aditif tersebut tidak akan bekerja secara optimal. Sehingga sia-sia jika kita membeli pertamax, tapi tidak mendapatkan hasil sesuai.
Tapi jangan sampai mencampur bensin dengan jenis BBM lain contohnya solar. Walaupun hal ini terbilang sangat sepele, nyatanya banyak kejadian mobil mogok akibat salah isi BBM. Kesalahan ini bisa diakibatkan oleh pengguna ataupun pihak SPBU yang lalai. Oleh karena itu, pastikan cari SPBU terpercaya. Jangan pula mengisi BBM yang belum kita ketahui kandungan didalam BBM tersebut.